Sustainability Agroforestry Practice (SAP) atau Praktek Agroforestri Berkelanjutan merupakan sistem pengolahan lahan berdasarkan prinsip kehutanan dengan mengoptimalkan hasil lahan secara keseluruhan, melalui kombinasi tanaman semusim (annual), dwi tahunan (biennial), dan tahunan (perennial) secara bersamaan atau berurutan dengan cara penerapan sesuai dengan budaya setempat. Penerapan SAP dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat dan dapat meningkatkan daya dukung ekonomi dan lingkungan. Implementasi SAP memiliki dua aspek yang sangat penting yaitu aspek sosial-ekonomi dan aspek lingkungan. Secara aspek sosial-ekonomi, sistem SAP lebih kompleks dibandingkan dengan monokultur, hal ini terbukti dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek masyarakat melalui agro (pertanian) dan jangka panjang melalui forest (kehutanan), sehingga menghasilkan produksi yang beranekaragam dan saling bergantung satu sama lain. Sistem SAP juga bersifat
kearifan lokal, karena bercocok tanam dengan kondisi-kondisi lingkungan, sosial-ekonomi, dan budaya setempat. Selain aspek sosial-ekonomi, yang menjadi tujuan utama SAP adalah aspek lingkungan. Beberapa aspek lingkungan SAP yang baik yaitu proses tata air (hidrologi), menjaga dan meningkatkan konservasi flora dan fauna yang ada didalamnya, maupun konservasi terhadap air dan tanah yang menjadi habitatnya, meningkatkan layanan ekosistem, penyerapan karbon, dan ketahanan iklim. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penerapan SAP agar terjadi optimalisasi budidaya komoditas dilhat dari perspektif sosial-ekonomi dan lingkungan dijelaskan dalam gambar dibawah ini:
Analisa Prinsip
Perhitungan persentase SAP Kayu manis dalam analisis DAKOTA dipengaruhi oleh beberapa Indikator yang juga mempunyai nilai persentase masing-masing yang meliputi: 1) Persiapan lahan dan Penanaman dengan persentase maksimal (38,46%) serta 2) Pemeliharaan Tanaman dengan persentase maksimal (61,54%). Persentase maksimal didapatkan jika petani menerapkan seluruh variabel budidaya yang telah
ditentukan pada SAP kayu manis. Penerapan budidaya kayu manis yang sesuai dengan prinsip pada SAP akan menjadi nilai tambah produk kayu manis karena memuat isu pelestarian lingkungan, keamanan pangan dan hak asasi manusia sesuai dengan permintaan pasar global.